Banyak para pemerhati
pendidikan yang berpendapat bahwa pandemi Covid kemarin menjadi penyebab
terjadinya learning loss karena pada saat itu, para siswa harus belajar
jarak jauh yang mengakibatkan masalah-masalah di dunia pendidikan terjadi pada
saat ini, termasuk makin meningkatnya jumlah kasus bullying yang terjadi
di sekolah-sekolah, dari tingkat bullying ringan hingga berat.
Yang menjadi
pertanyaannya: adakah hubungannya pendidikan jarak jauh dengan meningkatnya
jumlah kasus bullying yang marak terjadi akhir-akhir ini? Kalau menurut
pengamatan penulis, sejak zaman penulis masih bersekolah, sampai saat ini,
kasus bullying merupakan hal yang 'normal' terjadi di lingkungan sekolah.
Kategorinya pun sama... dari tingkat bullying ringan hingga berat.
Bedanya, dulu tidak terekspos oleh dunia sosial media. Sedangkan saat ini
setiap siswa sudah memiliki hp pribadi mereka masing-masing, yang membuat
mereka mudah mengabadikan momen mereka dalam membully teman-temannya agar
mereka terlihat sebagai sosok seorang jagoan yang perlu ditakuti oleh
lingkungannya.
Jadi tidak ada hubungannya
samasekali dengan adanya pandemi atau tidak, pendidikan jarak jauh atau tidak,
karena ketika mutu pendidikan tidak pernah mau mengikuti perkembangan zaman,
maka kasus bullying akan terus terjadi sampai kapan pun juga.
Perkembangan zaman maksudnya di sini bukan kita berbicara hanya sebatas
pengunaan teknologinya saja yah, akan tetapi juga dunia pendidikan yang tidak
mau mengubah kualitas mutu ajarnya. Sedangkan dunia pendidikan, terutama di
dunia sekolah, seharusnya menjadi lokomotif perubahan terdepan dari suatu
bangsa, ke arah peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi lebih
berakhlakul kharimah (akhlak mulia), karena dunia pendidikan sekolah lupa akan
tugasnya ini. Mereka malah jauh lebih disibukkan dengan masalah-masalah yang
tidak ada kaitannya samasekali dengan dunia mendidik anak. Mereka sibuk dengan
masalah administrasi sekolah. Maka tidak heran sejak dahulu kala hingga saat
ini perubahan akhlak anak-anak bangsa ini sampai kapan juga tidak akan pernah
terjadi. Karena memang tidak ada pihak mana pun yang mau mengupayakannya.
Seharusnya kita sadar
bahwa usia emas dalam pembentukan akhlak anak-anak kita dimulai sejak usia
keemasan mereka, yaitu dari tingkat bangku sekolah dasar hingga atas. Kalau
saja hal ini dilupakan, maka tidak heran masalah-masalah dunia pendidikan tidak
akan pernah usai untuk menemui titik terangnya.
Oleh karena itu, wahai
para orang tua, mari kita ambil alih pendidikan akhlak anak-anak kita ini
langsung dari rumah kita masing-masing. Karena bagaimanapun juga, pendidikan
akhlak terbaik hanya bisa terjadi apabila rumah menjadi tempat 'candra dimuka'
bagi pembentukan akhlak anak-anak kita. Karena orang tua, sekali lagi, adalah
pendidik terbaik bagi anak-anaknya dalam urusan akhlak, bukan guru di sekolah
maupun ustadz di pesantren. Sebagaimana firman Tuhan: "Jagalah keluargamu
dari panasnya api neraka, yang bahan bakarnya terdiri dari batu dan
manusia".
Segera ambil peran ini
wahai para orang tua. Jangan jadikan sekolah menjadi tempat satu-satunya untuk
menuntut ilmu bagi anak-anak kita, apalagi kalau di sekolah hanya diajarkan
pendidikan akademis semata, bukan pendidikan akhlaknya. Karena orang tua yang
bijak adalah orang tua yang mengerti perannya sebagai pendidik bagi
anak-anaknya.
Komentar
Posting Komentar