Sekarang kitalah yang
seharusnya bisa mencari solusi bagaimana caranya membentuk diri sendiri dengan
mempedulikan dirinya sendiri, mengikuti kata hatinya sendiri, menguatkan diri sendiri,
dan juga mengontrol diri sendiri agar tidak kebablasan atau kelepasan diri
karena perasaan dan emosi sesaat.
Memang bisa dimaklumi
kasus seperti ini juga gak cuma sekali-dua kali, Pak... mulai dari kasus anak
pejabat yang mengeroyok anak sekolah (di bawah umur), dari 'mantan'-nya sendiri
yang playing victim, malah ada juga seorang pembully yang bareng-bareng sama bapaknya,
mukulin anak orang. Padahal bapaknya itu adalah seorang aparat. Belum lagi
kasus bullying yang mengakibatkan seorang siswa membakar sekolahnya sendiri
karena merasa tidak mendapatkan keadilan maupun perlindungan dari sekolahnya
itu.
Jadi ini menurut saya
adalah masalah-masalah di mana para pelaku ini gak mikir dan gak bisa
mengontrol diri sendiri. Terlepas dari siapa yang salah, tetap aja yang namanya
mulut ke mulut gak bisa dihindari, Pak... tinggal sekarang gimana cara kita
mengendalikan diri agar tidak 'kelepasan' dan akhirnya menyesal di kemudian
hari. Mau-gak mau, itu harus dipelajari dan dibentuk sejak sedini mungkin. Ibarat
mobil, dia punya fitur-fitur yang memang harus dipasangi... tapi sebelum dipasang,
mereka sudah terlebih dahulu mempelajari fitur-fitur tersebut dan 'kenal baik'
dengan mobilnya sendiri, karena mobil juga punya karakter khas tersendiri. Kalau
kita saja 'gak kenal' dengan mobil kita sendiri, lalu bagaimana kita bisa
mengendalikannya..??
Nah, begitupun kita,
manusia... harus mengenal dirinya sendiri agar bisa mengendalikannya, baik
secara mental-pikiran, dan juga emosionalnya.
Itu saja dari saya, Pak...
kurang lebihnya mohon maaf jika ada salah-salah kata. Semoga bermanfaat.
Selamat beraktivitas, semoga Pak Avi sekeluarga sehat-sehat selalu.
Komentar
Posting Komentar