Curhat seorang Siswa (Alumni) Sekolah KORBAN BULLY (Part 1)



Assalamu'alaikum Pak, selamat pagi... Apa kabar Pak, semoga sehat selalu.

Saya minta izin mengomentari video Bapak untuk menyampaikan pendapat saya tentang bullying. Menurut saya, itu adalah hal yang sudah lumrah dan wajar hingga nanti anak itu sampai masa sekolah, bahkan sampai dia bekerja kelak. Sebenarnya untuk menangani masalah bullying itu sudah seharusnya diberi motivasi sejak dini agar anak anak itu lebih disiapkan dengan mental yang kuat untuk ada di luar rumah.

Sudah seharusnya begitu, anak dinasehati oleh para orang tuanya masing-masing... namun sangat disayangkan, banyak orang tua yang tidak memberikan motivasi atau nasehat kepada anak-anaknya, di mana mereka seharusnya menjadi pelindung di saat terjadinya bullying, tapi banyak anak yang malah menjadi korban di dalam rumah tangganya sendiri... karena keluarganya sendiri yang juga tidak peduli dengan anaknya, sehingga terkadang ada yang namanya rumah rasa 'neraka'... sudahlah di luar di-bully sama orang lain, terus di rumah dikucilkan oleh keluarga sendiri.

Ya tapi mau gimana, itu sudah gak bisa dihindari... tinggal sekarang gimana si anaknya ini untuk belajar dari mentalnya sendiri yang memang harus dibentuk dengan kasus bullying ini, sudah seharusnya. Menurut saya pribadi, seminimal mungkin mempersiapkan mental dari sekarang, kalau tidak dari sekarang, kapan lagi..?? Bukan hanya masalah bullying pada mental, tapi juga faktor-faktor di mana permasalahan pertemanan lalu percintaan hingga pekerjaan, hingga rumah tangga di keluarganya yang bisa dibilang tidak ada keharmonisan di dalamnya.

Jadi pada intinya, siap gak siap harus siap, Pak! Dan mau gak mau, gak ada pilihan lain selain belajar membangun mental health-nya sejak sedini mungkin. Ya kisaran kelas 5~6 SD lah, sudah harus siap siap menuju SMP & SMA, bahkan kuliah nanti atau kerja... karena kalau gak begitu ya apa yang dikatakan Pak Avi lah... bahkan banyak lagi menimbulkan korban-korban yang bunuh diri karena masalah (mental) yang gak kuat dari sekian banyak terjadi pada masa perkuliahan, di mana mental sudah dalam keadaan frustrasi berat, dan akhirnya kebanyakan di umur seperti saya (20 hingga 23 tahun) mengakhiri hidupnya begitu saja, karena frustasi dari masalah gak punya teman cerita, teman dukungan, bahkan orang tua yang seharusnya menjadi dukungan. Support sistem juga tidak memberikan ruang itu menjadi seseorang yang menyerah atas hidupnya, karena faktor tidak ada dukungan & tempat cerita untuk berkeluh kesah.


Komentar