Keadaan hati kita ibarat
keadaan cuaca di luar sana yang selalu berubah. Kadang panas, kadang hujan,
kadang basah... karena hati fitrahnya memang selalu bolak-balik. Di isinilah
kita sebagai yang dititipkan hati bermunajat kepada Tuhan, Sang Pemilik hati,
agar hati kita diteguhkan untuk selalu berada di jalan-Nya.
Kalau saja kita hanya
mengandalkan kemampuan kita yang sangat terbatas ini, sanggupkah kita selamat
dalam menjalani kehidupan ini dengan segala dinamika yang menyertainya..??
Padahal kita tahu, seringkali kita terjebak akan fatamorgana dunia yang
menawarkan godaan yang begitu menawan, sehingga kita lupa akan kehidupan dunia
yang fana ini.
Tuhan menawarkan kehidupan
yang kekal (kelak) setelah kehidupan di dunia ini dengan dua konsekuensi nyata
yang berbeda: bahagia atau sengsara, untuk selama-lamanya. Janganlah kehidupan
dunia ini menipu kita akan gemerlapnya sehingga kita salah dalam mengambil
sebuah keputusan. Karena memang hasil dari kehidupan kita tergantung dari
setiap keputusan yang kita putuskan. Kita tidak dapat meminta seseorang untuk
mewakili hasil keputusan yang sudah diputuskan, tetapi Tuhan tahu bahwa manusia
tempatnya salah, sehingga Tuhan terus meminta kita berlindung kepada-Nya atas
keputusan yang kita putuskan. Karena Tuhan tahu hati ini selalu bolak-balik
layaknya cuaca yang keadaannya selalu berubah.
Janganlah kita sungkan
untuk meminta, karena kita tidak pernah tahu kapan Tuhan menguatkan hati kita
agar teguh berada di jalan-Nya. Tetapi semua itu bisa dilakukan oleh-Nya kalau
kita meminta kepada-Nya untuk menandakan bahwa kita membutuhkannya, karena
Tuhan sesuai dengan prasangka hamba-Nya (kepada-Nya). Maka berprasangka lah
yang baik hingga keadaan cuaca di dalam diri kita selalu dikuatkan oleh-Nya.
Komentar
Posting Komentar