Perceraian di kalangan
selebritis mengapa sering terjadi..?? Kalau kita pikir perceraian hanya sering
terjadi di kalangan selebritis saja, menandakan mungkin kitanya saja yang
kurang update. Padahal di kalangan masyarakat luas lebih banyak lagi
kita temui kasus-kasus perceraian yang terjadi ~karena selebritis adalah
'Public figur', maka wajar keadaan rumah tangga mereka menjadi konsumsi
masyarakat umum.
Masalah yang saya ingin
bahas di sini adalah: mengapa tingkat perceraian itu semakin tahun semakin
meningkat..??
Sepertinya (dianggap)
wajar saja kita mengucapkan kata "cerai". Padahal ketika pertama kali
kita mengikat janji pernikahan, apakah sudah ada di benak kita suatu saat nanti
saya ingin bercerai..?? Atau mungkin kita menganggap tali pernikahan adalah suatu
yang sifatnya senda gurau semata ~bukan pengikat yang kuat untuk menyatukan dua
hati yang berbeda.
Di sinilah pangkal masalah
utamanya... jika kita sangat mudah berkata "cerai", betapa yang
menjadi korban terbesarnya adalah anak-anak kita (itu kalau kita sudah memiliki
anak... Kalau belum, apakah kita pikir masalah kita berhenti sampai di
situ..??) Kita tidak pernah memikirkan
perasaan para orang tua kita melihat mahligai rumah tangga yang dibangun oleh
anaknya hancur berantakan. Atau kita terlalu egois, hanya memikirkan
kepentingan diri kita saja..??
Dalam setiap kasus
perceraian, pasti masalahnya mirip-mirip ~kalau bukan masalah komunikasi, pasti
masalahnya adalah kurangnya ilmu yang kita miliki untuk membina keluarga
seperti yang kita harapkan. Ini kembali lagi kepada ego kita masing-masing...
apakah kita masih mau mendengarkan nasihat, atau kita pikir kita sudah tahu
segalanya tentang cara membina keluarga yang semestinya..?? Kalau kita memang tahu segalanya, mengapa
kata "cerai" mudah kita ucapkan..??
Perceraian memang tidak
dilarang dalam agama, tetapi juga tidak dianjurkan. Ini menjadi pilihan yang
terakhir. Dari sana saja seharusnya kita sudah bisa berpikir bahwa opsi
perceraian itu adalah opsi paling terakhir yang dapat kita ambil... jadi sudah
bisa dipastikan bukan opsi yang utama. Justru kalau bisa jangan kita ambil,
karena akan banyak korban yang berjatuhan.
Kata "cerai" itu
hendaknya menjadi kalimat yang tabu untuk dibicarakan. Penulis juga
menjalani kehidupan rumah tangga juga bukan tanpa masalah, malah banyak sekali
masalah yang harus dihadapi... tetapi penulis tidak mau mengucapkan kata
"cerai" itu dengan mudahnya, apalagi kalau sifatnya hanya masalah
prinsip.
Sekarang pertanyaannya:
kita dan pasangan kita dibesarkan sejak kecil apakah secara bersama-sama (satu
atap) atau tidak..?? Jadi bagaimana kita bisa mempunyai prinsip yang sama..??
Sudah tentu berbeda, bahkan seharusnya kita heran kalau kita punya banyak
prinsip yang sama (berarti keluarga kita adem-ayem saja). Padahal sudah jelas dikatakan
di agama bahwa ujian manusia di kehidupan dunianya salah satunya adalah ujian
anak dan istrinya ~yang lebih diutamakan dibandingkan Tuhannya. Maka tidak
heran kita akan terus diuji dengan keduanya.
Jadi seharusnya kita tidak
perlu heran lagi kalau kita punya banyak masalah prinsip dengan pasangan kita.
Justru sebaliknya, jadikan ini sebagai 'cambuk' agar kita terus menuntut ilmu
bagaimana cara mempertahankan biduk rumah tangga yang hampir 'karam' ~bagi
orang yang mampu untuk berpikir.
Sejatinya tidak ada rumah
tangga yang luput dari ujian Tuhan. Ini menunjukkan bahwa kita masih hidup di
dunia ini, bukan di surga (tempatnya kenikmatan). Jadikan opsi perceraian ini
sebagai pilihan terakhir... tetapi bukan dikarenakan beda prinsip, karena tidak
ada satu pun manusia yang memiliki prinsip yang sama ~sedari awal. Kalau menginginkan prinsip yang sama, maka
ciptakanlah bersama-sama.
Komentar
Posting Komentar