Banyak anak-anak di luar
sana merasa lebih betah berada di luar rumah dibandingkan berada di rumah
sendiri. Mereka merasa lebih nyaman berada di luar rumah dibandingkan berada di
dalam rumah sendiri, padahal rumah tersebut adalah tempat di mana mereka sejak
kecil dibesarkan.
Rumah tersebut menjadi
saksi mata mereka tumbuh menjadi seorang anak manusia, tetapi mengapa ketika
badan mereka sudah mulai membesar sedikit, mereka tidak merasa betah apabila
berada di lingkungan rumah, hati mereka lebih condong kepada teman-teman mereka
atau lingkungan luar rumah...(?)
Kadang kita sebagai orang
tua beralasan "wajar" ketika anak sudah besar mereka lebih condong
sama teman-temannya atau lingkungannya (bukan dengan mereka lagi). Tetapi
pertanyaannya, apakah benar demikian..?? Atau itu hanya alasan kita saja untuk
melemparkan tanggung jawab kita, bahwa kita memang tidak sanggup sebagai orang
tua yang menciptakan ketenangan di dalam rumah.
Karena selama ini kita
tidak berusaha sungguh-sungguh menciptakan ketenangan itu. Kita malah lebih
sibuk mendandani bangunan fisik rumah kita saja. Kita lebih fokus mendekor
rumah kita dibandingkan mendekor 'hati' para penghuni rumahnya dengan kasih
sayang dan perhatian yang besar kepada mereka, karena kita gagal fokus maka
wajar apabila anak-anak kita lebih mendapatkan ketenangan di luar rumah
dibandingkan di dalam rumahnya sendiri.
Sulit kita bisa melihat
tumbuhnya jiwa-jiwa yang kuat di dalam diri anak-anak kita jika kita tidak
berkeinginan kuat meciptakan rasa ketenangan itu di rumah... karena mana
mungkin anak-anak kita bisa memiliki jiwa yang kuat kalau mereka tidak
mendapatkan limpahan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Pasti
anak-anak kita akan tumbuh menjadi manusia yang 'mati rasa', karena memang
tidak ada rasa di hatinya... sudah membeku akibat tidak ada rasa kasih sayang
dan peduli yang menyelimuti hati mereka. Jadi upaya keras kita selama ini
mempercantik bangunan fisik rumah kita menjadi sia-sia, karena manusia-manusia
yang menjadi penghuninya sudah tidak lagi memiliki rasa.
Tetapi pertanyaannya:
apakah kita merasa nyaman menjadi penghuni rumah tersebut..?? Kalau begitu,
bagaimana dengan nasib anak-anak kita, karena rumah yang seharusnya menjadi
benteng utama bagi anak-anak kita menemukan ketenangannya justru tempat mereka
dirusak ketenangannya..?? Mari kita renungkan sejenak.
Komentar
Posting Komentar