Sebagian besar orang
menganggap kata ikhlas itu gampang diucapkan, tetapi sulit untuk dipraktekkan.
Apalagi kalau kita harus ikhlas memaafkan orang yang pernah menyakiti diri
kita, terutama orang terdekat ~biasanya orang terdekat bisa lebih menyakitkan
perasaan kita ketika mereka pernah berbuat salah kepada diri kita, karena kita
tidak pernah menyangka mereka sampai tega memperlakukan diri kita seperti ini.
Ini cukup sulit untuk
dapat kita terima, mengapa sampai semua ini bisa terjadi pada diri kita.
Seperti (misalnya) saya sudah berusaha sangat keras agar proyek bisnis ini bisa
berhasil, tetapi mengapa sampai proyek ini gagal juga... dan contoh-contoh lain
yang membuat dada ini sesak, yang akhirnya membuat banyak orang menganggap bahwa
ikhlas hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu saja, atau orang yang
sangat agamis seperti pendeta, ulama, biarawan, dan orang-orang yang (dianggap)
suci seperti para nabi dan rasul, membuat kita yang 'manusia biasa' merasa
mustahil untuk bisa ikhlas sepenuhnya.
Padahal Tuhan sudah pernah
membocorkan sebuah rahasia, kalau kita mau selamat dalam kehidupan kita di
dunia maupun setelahnya, maka jadikan nabi atau rasul sebagai suri tauladanmu;
ikuti semua nasehat dan perilaku mereka, maka engkau akan selamat. Namun karena
selama ini kita hanya disuruh ikhlas tetapi tidak diberi tahu (bagaimana)
caranya untuk ikhlas, akhirnya kita merasa sulit menjadi orang yang ikhlas.
Kita merasa tidak punya
kompetensi untuk menjadi ikhlas, karena kita bukan pendeta, bukan ulama, bukan
biarawan, apalagi nabi. Kita sangat jauh dari sosok-sosok itu semua kita merasa
tidak pantas untuk disandingkan kepada mereka semua. Akhirnya sampai kapan pun
sulit diri ini menjadi ikhlas, karena paradigma kita selama ini seperti itu. Ini
yang penulis alami... sulit menjadi orang ikhlas, karena orang ikhlas itu baik
di mulut maupun di hati harus selaras, tidak boleh berlawanan ~kalau
berlawanan, kita disebut orang munafik. Nah, karena kita tidak mau disebut
orang munafik, maka tambah sulit keadaan kita untuk menjadi orang ikhlas.
Sampai suatu saat penulis
mendengar seorang bijak mengatakan bahwa menjadi ikhlas bukan berarti kita
tidak memiliki perasaan kesal atau marah samasekali kepada orang yang pernah
menyakiti diri kita, tetapi kita berusaha untuk berdamai dengan perasaan
tersebut. Kemudian berusaha memaafkannya dan mulai melanjutkan kehidupan kita
lagi. Meski tetap (akan) ada rasa kesal atau marah di dalam diri kita, dan itu
normal adanya.
Meski demikian, kita
menjadikan hal tersebut sebagai ujian yang dihadirkan oleh Tuhan untuk
menjadikan diri kita pribadi yang lebih kuat lagi, karena kita yakin bahwa
kejadian ini dihadirkan oleh Tuhan agar kita siap untuk 'naik kelas',
mendapatkan tanggung jawab yang lebih besar lagi. Karena orang sukses pasti
memiliki tanggung jawab yang besar di dalam kehidupannya dibandingkan orang
yang tidak sukses.
Maka pilihan ada di tangan kita: apakah kita mau ikhlas atau tidak ikhlas dalam menerima ujian di dalam kehidupan ini... karena keduanya memiliki konsekuensinya masing-masing yang berbeda: yang satunya manis apabila kita ikhlas menerimanya, dan yang satunya lagi pahit apabila kita tidak ikhlas.
Tips-Tips agar kita mudah untuk ikhlas:
- Buang anggapan bahwa orang yang bisa ikhlas hanyalah dari golongan tertentu, karena semua orang bisa ikhlas asal punya kemauan.
- Orang yang ikhlas bukan berarti orang yang tidak menyimpan rasa marah dan kesal di hatinya, tetapi mereka adalah orang yang mudah berdamai dengan dirinya dan melanjutkan kehidupannya kembali.
- Ingat, Tuhan tidak akan pernah menguji manusia di luar batas kemampuannya. Maka sikapi setiap ujian yang tidak mengenakkan yang hadir di dalam kehidupan kita ini (pasti) sudah sesuai dengan takaran yang pas dari Tuhan untuk diri kita.
Komentar
Posting Komentar