KONSEKUENSI

 


Kadang kita sebagai orang tua saking sayangnya kepada anak, kita takut menghukum anak jika mereka berbuat salah. Padahal cara kita tidak memberikan hukuman kepada mereka adalah cara terbaik kita untuk menghancurkan masa depan mereka.

Jangan selalu dikonotasikan kalau menghukum anak berarti kita tidak sayang kepada anak kita, padahal sebaliknya: itulah cara terbaik menunjukkan rasa kasih sayang kita yang besar kepada mereka. Karena kasih sayang tidak selalu bentuknya berupa belaian atau kecupan manis di kening, tetapi hukuman yang membuat anak kita menyadari akan kesalahan yang mereka perbuat jauh lebih utama bagi anak-anak kita, agar mereka tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama berulang kali, karena itu adalah salah satu bentuk kasih sayang kita juga kepada mereka.

Bisa saja kita membiarkan anak-anak berbuat semau mereka, tetapi pertanyaannya: apakah kita sebagai orang tua siap menanggung resiko besar yang menanti anak-anak kita di masa depan mereka..?? Karena apa yang kita tabur saat ini akan kita tuai kelak di kemudian hari.

Setiap kesalahan yang diperbuat oleh anak-anak kita akan memiliki efek seperti bola salju. Apabila dibiarkan, bongkahannya akan semakin membesar sehingga akan menghancurkan apa saja yang ada di hadapannya. Begitu pula dengan setiap kesalahan yang diperbuat oleh anak-anak kita apabila dibiarkan tanpa ada konsekuensinya, maka bentuknya juga akan semakin membesar dan dapat menghancurkan apa saja yang ada di hadapan mereka ~kalau tidak percaya, tanya saja kepada orang tua yang anaknya sudah terkena narkoba akut, awalnya mereka membiarkan anaknya mulai merasakan kebiasaan merokok karena setiap sesuatu yang besar pasti diawali dari sesuatu yang kita anggap kecil.

Masihkah kita sungkan untuk tidak memberikan hukuman sebagai konsekuensi bagi kesalahan anak-anak kita..?? Silakan dijawab dalam hati masing-masing...

Tips-Tips dalam memberikan konsekuensi yang tepat bagi anak-anak kita

  • Hindari memberikan konsekuensi yang bersifat fisik kepada anak dengan cara memukul, mencubit, menampar, dsb. karena hal tersebut tidak akan pernah mengubah perilaku anak menjadi lebih baik. Yang ada malah melukai hati anak kita, dan kalau hatinya sudah terluka, akankah ia mau mengubah perilakunya dengan penuh kesadaran..??
  • Selalu pikirkan konsekuensi terbaik yang seperti apa yang dapat menyadarkan anak-anak kita akan kesalahannya, pastinya tergantung dari tingkat kesalahannya serta tingkatan pemahaman anak-anak kita akan kesalahan yang mereka perbuat. Jangan kita memberikan konsekuensi kepada anak, sedangkan anak belum memahami betul akan dampak dari kesalahan yang mereka perbuat itu.
  • Jadikan kita sebagai panutan utama bagi anak-anak kita akan perilaku yang baik itu seperti apa dilakukan... (Jangan-jangan anak-anak kita memiliki perilaku yang kurang baik dikarenakan orang tuanyalah sebagai penyebab utama perilaku tersebut terjadi). Karena anak itu, suka tak suka, adalah peniru ulung dari perilaku para orang tuanya. Kalau kita menyadari ada perilaku kita yang menyimpang dan sulit untuk kita ubah, segeralah meminta maaf kepada anak. Jangan sungkan untuk melakukannya, karena minta maafnya orang tua kepada anak memiliki kekuatan yang melebihi kekuatan bom atom  Hirosima, karena jarang ada orang tua yang mau merendahkan hatinya di depan anaknya bahwa orang tuanya hanya manusia biasa tempatnya kesalahan. Bukankah itu yang kita inginkan kepada anak untuk mau mengakui kesalahannya dan memperbaikinya..??

Komentar