NAKAL (Part Two)

Kita sebagai orang tua ketika melihat kelakuan anak yang kurang berkenan di hati, misalnya anak-anak kita suka bermain hujan-hujanan –yang menyebabkan mereka sakit/demam– suka bermain di dalam rumah, berlari-lari di dalam rumah sehingga ada barang yang pecah, suka bermain memanjat pohon sehingga mereka jatuh, dll. yang sekiranya apa yang dilakukan anak tersebut kita anggap tidak wajar sebagai orang dewasa. Lalu kita dengan entengnya men-‘cap’ anak kita “nakal”, apalagi kalau kita sudah memberitahukan kepada mereka bahwa itu tidak boleh dilakukan, tetapi mereka masih saja melakukannya, dan akhirnya kita sebagai orang tua emosi sampai memarahi anak.

Tetapi apakah kita sebagai orang tua tidak sadar, Ayah, Bunda, sikap kita yang seperti itu akhirnya mematahkan potensi anak yang sudah diberikan Tuhan kepada anak kita? Karena sadar maupun tidak disadari, sikap anak kita yang seperti itu adalah cara mereka untuk mengekspresikan tumbuh kembang mereka. Apalagi kalau masih usia anak-anak, mereka sedang ‘kencang-kencangnya’ mengeksplorasi dunia di sekeliling mereka. Karena wajar ketika mereka melakukan hal itu semua –memang sudah waktunya. Yang aneh, kalau mereka sudah dewasa tetapi masih suka manjat pohon, dan tujuannya tidak jelas maka itu baru aneh, hehehe.. Sedangkan mereka yang masih usia anak-anak sangat wajar kalau mereka melakukan itu semua.

Seharusnya kita bersyukur kepada Tuhan karena anak-anak kita dalam kondisi fisik dan mental yang sehat. Karena mereka melakukan semua itu dengan rasa keingintahuan yang besar akan situasi dan kondisi yang ada di sekeliling mereka. Misalnya, saya contohkan kita sebagai orang dewasa pergi ke suatu tempat yang pertama kali kita kunjungi. Bagaimana sih sikap kita kalau kita baru berkunjung ke suatu tempat pertama kalinya? Pasti kita ingin mengeksplornya, karena buat apa kita sudah datang jauh-jauh ke sini kalau hanya di kamar hotel saja, ‘nggak ngapa-ngapain’ alias diam saja di kamar hotel sampai waktunya kita pulang... apakah itu yang kita lakukan? Pastinya tidak yah, karena kalau kita seperti itu, pasti kita dianggap aneh oleh orang-orang di sekeliling kita: “Ini orang sudah jauh-jauh datang ke sini hanya di kamar saja, padahal tidak sakit... jangan-jangan dia sedang patah hati” hehehe..

Begitu juga dengan anak-anak kita, mereka pun akan bingung kalau dicap “nakal” kalau mereka sedang mengeksplor dunia mereka, karena menurut pendapat mereka, inilah cara mereka mengekspresikan diri dengan cara-cara seperti itu. Jadi penulis menghimbau para orang tua, mari kita bantu usaha anak-anak kita dalam tumbuh-kembang mereka dengan cara terus mengatakan hal-hal yang baik-baik saja kepada mereka. Dan kalau mereka sampai memecahkan barang atau apa pun itu yang kita rasa membahayakan mereka, berikan kata-kata yang lembut bahwa kita mencintai mereka.

Penulis meyakini bahwa anak-anak kita percaya kalau orang tua mereka mencintainya, hanya saja orang tua mereka khawatir kalau terjadi apa-apa dengan mereka. Tetapi kalau hanya dengan ucapan kasar, apalagi sampai membentak, ditambah lagi kata “nakal” di belakangnya, apakah itu tidak akan merusak tumbuh kembang mereka? Karena sulit bagi seorang anak memiliki tumbuh-kembang yang optimal kalau kita sebagai orang tua tidak bijak dalam memperlakukan anak sesuai dengan tumbuh kembang mereka.

Tips-Tips dalam menyikapi perilaku anak yang tidak baik (menurut kita, orang tua)

  • Sadarilah bahwa usia anak-anak memiliki waktu yang sangat terbatas, jadi ketika anak-anak kita sedang melakukan eksplorasi lingkungan yang ada di sekitar mereka, memang itu sudah waktunya karena memang sedang dikenalkan oleh Tuhan mengenai dunia yang ada di sekeliling mereka. Dan itu terjadi secara naluriah, jadi kita jangan merasa aneh lagi kalau anak-anak kita sedang mengeksplor dunia mereka.
  • Bantu anak-anak kita untuk mengenal dunia yang baru ini bagi mereka, karena mereka butuh bimbingan tersebut, terutama dari orang tua mereka. Jadi kita sebagai orang tua memiliki tanggung jawab penuh dalam membantu tumbuh kembang anak-anak kita dalam melihat dunia yang ada di sekeliling mereka. Karena kalau bukan kita yang sabar dalam melakukannya, siapa lagi..? Dan kalau sampai tidak terpuaskan rasa keinginantahuan anak kita, apakah kita siap dengan konsekuensinya? Mereka akan berubah menjadi anak-anak yang pasif karena rasa keingintahuan mereka yang dibatasi oleh orangtua mereka sendiri. Dan pertanyaannya, apakah dengan menjadi anak yang pasif, mereka akan sukses di masa depannya?
  • Yakini oleh kita sebagai orang tua bahwa anak yang memiliki rasa keingintahuan yang besar adalah hal yang wajar, karena memang sudah semestinya. Malah tidak wajar kalau anak kita pasif, pasti ada yang salah dengan cara kita mendidik mereka. Mungkin ada cara kita yang kasar atau pemarah, sehingga anak-anak kita ‘takut’ melakukan itu semua. Apalagi kalau anak-anak kita dalam kondisi fisik yang sehat. Oleh karena itu wahai para orang tua, mari kita belajar ilmu bagaimana cara menjadi orang tua yang benar, karena anak yang memiliki tumbuh-kembang yang optimal itu diawali dengan orang tua yang memiliki wawasan dan pengetahuan mengenai dunia orang tua dan anak. Jadi ini merupakan tugas dan tanggung jawab kita sebagai orang tua mereka, bukan orang lain.

Komentar